Selasa, 04 Februari 2014

Fiksi Mini : 7 Hari

Aku menghangatkan tubuhku dengan secangkir teh sambil mengingat-ingat apa saja yang kulalui denganmu beberapa hari belakangan.
Hari pertama aku berjalan-jalan ke taman bermain seharian penuh bersamamu. Kita naik bianglala, membeli kembang gula, dan berjalan kaki berkeliling taman bermain sampai kita lelah.
Hari kedua, kau mengajakku ke kebun binatang. Kau menggodaku dengan mengatakan kau membawaku ke kebun binatang untuk mempertemukanku dengan saudaraku yang ternyata adalah seekor monyet.
Menyebalkan. Dan itu sama sekali tidak lucu, kau tahu tidak?
Hari ketiga, kau membawaku berjalan-jalan di kota. Kita minum kopi, mencicipi semua jajanan di pinggir jalan, dan duduk-duduk di trotoar sambil melihat mobil yang berlalu lalang.
Bukan tempat piknik yang bagus, tapi aku suka.
Hari keempat, kita pergi ke pusat perbelanjaan. Kita memberi barang-barang yang sebenarnya tidak perlu dibeli. Kau tahu, aku ingin tertawa melihat wajahmu yang cemberut saat kukatakan kau seperti bos sok kaya yang kerjanya hanya menghabiskan uang sia-sia.
Hari kelima, kita menikmati hangatnya sinar matahari di lapangan. Kita berbicara sambil berteriak karena angin berhembus kencang sekali, menerbangkan suara kita entah kemana.
Hari keenam, kita menghabiskan sore hari di teras belakang rumahmu. Sambil menikmati kue coklat, kau berkata bahwa berkeliling seperti beberapa hari lalu membuatmu lelah. Aku juga merasa lelah, kakiku sampai bengkak karena kebanyakan berjalan.
Dan disinilah aku hari ini.
Hari ini, di hari ketujuh aku hanya diam di teras belakang rumahku, tidak melakukan apa-apa. Aku kehilangan minat untuk keluar rumah.
 Aku juga tidak punya minat untuk datang ke rumahmu.
Aku harus bisa menghilangkan minatku kesana.
Aku tidak mau mengganggu tidur panjangmu yang damai.
Tapi aku akan berkunjung sesekali untuk mengganti bunga agar kamarmu tetap harum.

DIA

Dia bisa membuat bahagia
Dan mengancurkan dalam sekejap
Dia memberi kekuatan
Tapi juga menghancurkan hingga kita tak bersisa
Dia datang, lalu pergi, lalu datang, lalu pergi lagi
Tak ada yang tahu kenapa dia seperti itu
Dia indah seperti malaikat dan surga
Di saat yang sama dia mengerikan seperti setan dan neraka
Dia membingungkan
 Kita menanti kedatangannya
Tapi saat dia datang
Saat itu pula kita memaksanya menghilang dari pandangan
Kita dibuat gila olehnya
Dan kehadirannya menimbulkan satu pertanyaan
Siapa dia?

Selasa, 10 Desember 2013

Miracles In December by EXO (Korean) (Lyric and Translation)


[romanji]
[D.O] Boiji anheun neol chajeuryeogo aesseuda
deuliji anhneun neol deureulyeo aesseuda
[Baekhyun] Boiji anhdeonge boigo deulliji anhdeonge deullyeo
neo nareul ddeonan dwiro naegen eobdeon himi saenggyeosso
[Chen] Neol nabakke mollasseodeon igijogin naega yeah…
ne maeumdo mollajwodeon musimhan naega
ireohke deo dallajyeodaneunge najocha midgiji anha
[D.O] Ne sarangeun ireohke gyesok nal umjikyeo
[Baekhyun] Nan saenggakmanhamyeon sesangeul neoro chaeul su isseo hmmm…
nunsongihanaga ne nunmul han bangulinigga
[D.O] Dan han gaji mothaneun geoseun neol naegero oge haneun il
i chorahan choneunglyeog ([D.O/Baekhyun] ijen eobseoeumyeon jogesseo) uhhh..
[Chen] Neol nabakke mollasseodeon igijogin naega
ne maeumdo mollajwodeon musimhan naega
ireohke deo dallajyeodaneunge najocha midgiji anha
[Baekhyun] Ne sarangeun ireohke gyesok nal umjikyeo
[All] Jiganeul meomchwo ([D.O] Nege doraga)
chueogeul chaegeun ([D.O] Neoui peijireul yeoreo)
nan ge ane isseo ([Baekhyun] Ow hooo)
[Chen] Neowa hamkke ineun geol
aju jogeunmago yakhan sarami neoui sarangi
[Baekhyun] Ireohke modeungeol ([D.O] Nae salmeul modu)
bakkungeol ([D.O] Sesangeul modu) hooo uwoo…
[Baekhyun] Sarangi gomaun jul mollasseodeon naega hoo..
[Chen] Kkeutnamyeon geumanin jul aradeon naega ohh..
neo wonhaedeon geu moseub gedaero nalmada nareul gochyeoga
[D.O] Nae sarangeun kkeuteobsi gyesok ddeul geot gata
[All] Siganeul meomchwo ([D.O] Ije nan) nege doraga ([Chen] Nege doraga)
chueogui chaegeun ([Chen] Oneuldo) neoui peijireul yeoreo ([Baekhyun] nan geane isseo ow hoo…)
[D.O] Geu gyeure wa ineungeol
[D.O] Boiji anheun neol chajeuryeogo aesseuda
deuliji anhneun neol deureulyeo aesseuda






[Indonesia]
Mencoba menemukanmu, kau yang tidak dapat kulihat lagi
Mencoba mendegarmu, kau yang tidak dapat kudengar lagi
Dan saat aku melihat semuanya, mendegar semuanya
Karena setelah kau beranjak pergi, aku mendapatkan satu kekuatan baru
Keegoisanku, yang hanya memperdulikan diri sendiri
Kejamnya aku, yang tidak menyadari semua perasaanmu
Aku bahkan tidak percaya, bisa menjadi seperti ini
Cintamu senantiasa mengubahku
Hanya dengan memikirkannya, duniaku seketika penuh denganmu
Karena setiap salju yang turun, adalah air matamu
Satu hal yang tidak bisa aku lakukan, membawamu kembali padaku
Aku hanya bisa berharap, bisa menghilangkan semua perasaan ini
Keegoisanku, yang hanya memperdulikan diri sendiri
Kejamnya aku, yang tidak menyadari semua perasaanmu
Aku bahkan tidak percaya, bisa menadi seperti ini
Cintamu senantiasa mengubahku
Kuhentikan waktu dan mencoba kembali padamu
Kuingat kembali dirimu dalam setiap lembar memoriku
Ketika aku berada disana, disana bersamamu
Cintamu, sebentuk manusia kecil dan lemah
Namun mampu merubah semuanya,
Seluruh hidupku,
Seluruh isi duniaku
Aku tidak tahu bagaimana cara berterimakasih atas cintamu
Aku fikir, semua akan berhenti hanya dengan aku berhenti memikirannya
Tetapi hari demi hari, aku memperbaiki diri ini agar kau kembali
Sepertinya cintaku kembali bersemi tanpa batas
Kuhentikan waktu dan mencoba kembali padamu
Kuingat kembali dirimu dalam setiap lembar memoriku
Ketika aku berada disana, musim dingin watu itu
Mencoba menemukanmu, kau yang tidak dapat kulihat lagi
Mencoba mendegarmu, kau yang tidak dapat kudengar lagi 



Selasa, 19 November 2013

Priest Ch. 2

Title : Priest
Author : Just Hagi
Cast :
EXO
TVXQ (include JYJ)
Super Junior Yesung
Super Junior Donghae
Super Junior Kyuhyun
Super Junior Leeteuk (cameo)
SNSD Taeyeon (cameo)
__________________________________________________________________________
Chapter 2
Kali ini tidak akan kulepaskan kau...
Tidak akan kubiarkan kau menginjakkan kakimu di bumi lagi....
____
 
Memangnya senior tidak pernah memberitahumu kalau vampire yang menghabisi orangtuamu?”

Sunyi.

Baik Chanyeol maupun Kris tidak ada yang bersuara. Mata Chanyeol terbelalak, mendadak tubuhnya gemetar hebat. “Tidak,” suara Chanyeol bergetar, “tidak ada satupun yang memberitahuku.”
Kris menghela napas. “Kurasa sekarang waktu yang tepat untuk memberitahumu soal ini,” ujarnya tenang, “cepat atau lambat kau pasti akan tahu soal ini.”

Tubuh Chanyeol mendadak lemas. Dia jatuh duduk di kursi, napasnya memburu tak beraturan. “Aku pergi dulu,” kata Kris, menepuk pelan pundak Chanyeol, “tenangkan dirimu. Kalau sudah, kau susul kami di lapangan.” Kris mudur, perlahan berjalan meninggalkan Chanyeol.

Chanyeol masih gemetar, perlahan tangisnya pecah. Dia sama sekali tidak memahami kenapa orangtuanya harus mati di tangan vampire. “Apa salah orangtuaku sampai mereka dibantai vampire?” dia terisak.

Setelah beberapa saat, perlahan tangisnya mereda. Di sela isakannya, matanya tidak lagi menampakkan kesedihan, melainkan sorot penuh kemarahan. “Lihat saja,” Chanyeol menggeram, “akan kuhabisi mereka semua dengan tanganku sendiri. Kaum biadab!’ Chanyeol meraih revolvernya, berjalan menuju lapangan dengan dendam dan kemarahan membuncah di dadanya.

____
 
Angin berhembus, menerbangkan debu kemana-mana. Terdengar suara berderit di pintu sebuah rumah, suaranya bercampur dengan desiran angin sehingga menimbulkan efek suara seperti jeritan.

Yesung menatap tajam rumah itu, matanya menatap ke sekelilingnya. Rumah itu sepertinya sudah hampir rusak, mungkin sekali dorong rumah itu akan roboh. Perlahan Yesung mendekat, melirik dingin tumpukan abu di depan rumah itu.

“Hyung.”

Yesung melirik sekilas, lalu kembali menatap rumah itu. “Ada apa, Kyu?” tanya Yesung dengan suara dinginnya. “Aku sudah tahu dimana anak itu,” jawab Kyuhyun, “dua orang itu yang membawanya.”

“Jadi dia belum mati?” tanya Yesung.

“Dia sudah tumbuh menjadi pria dewasa,” jawab Kyuhyun, “dia dididik untuk memusuhi kaum kita, menjadi kaum Priest. Dia tumbuh dengan baik, bahkan dia lebih tinggi daripada kau dan Donghae Hyung.”

Yesung tidak tertawa mendengar lelucon Kyuhyun yang terdengar kurang ajar itu. “Terimakasih, Kyu,” ucapnya pelan. Sesaat kemudian dia mendesis, “Park Chanyeol. Kali ini tidak akan kulepaskan kau. Tidak akan kubiarkan kau menginjakkan kakimu di bumi lagi.”

___
 
Yunho berdiri sambil bersandar di dinding, mengamati anak-anak didiknya berlatih membasmi vampire. Matanya dengan cepat dan jeli mengamati satu persatu anak didiknya, menganalisa kelemahan dan kekuatan mereka.

Matanya berhenti kala menatap sosok Chanyeol. Dia melihat pemuda itu terpisah atau mungkin memisahkan diri dari yang lain, berlatih sendirian. Dia menembakkan peluru revolvernya kearah manekin vampire buatan pendahulu Yunho, membelakangi yang lain.

Yunho mengernyit. Dia merasa ada yang aneh dengan sikap Chanyeol. Tidak biasanya Chanyeol memisahkan diri dari yang lain seperti sekarang. Yunho terus mengamati Chanyeol, menyadari kemampuan menembak Chanyeol meningkat jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Chanyeol berbalik, membuat Yunho terkejut melihat ekspresi wajah Chanyeol. Dingin dan penuh kebencian. Dia bisa melihat kilatan amarah di mata Chanyeol yang membungkuk mengambil busur dan anak panahnya di rumput. Saat mata mereka bertatapan, Yunho semakin terbelalak. Dia terkejut dan sedikit bingung saat Chanyeol menatapnya dengan tatapan marah dan benci seakan-akan Yunho barusaja membuat kesalahan kepada pemuda jangkung itu. Chanyeol membuang muka dengan cepat, menembakkan anak panahnya kearah manekin di depannya.

‘Ada apa dengan anak itu?’ batin Yunho, ‘tidak biasanya dia bersikap seperti ini. Mungkinkah dia sedang memikirkan sesuatu?’ Yunho menghela napas, kembali mengamati yang lain. Tapi mendadak pikirannya mulai kacau. Dia bingung dengan sikap aneh Chanyeol, bahkan dengan tatapan matanya yang tidak biasa. Yunho kembali menoleh kearah manekin, terkejut saat Chanyeo, tidak ada lagi ditempatnya. Yunho celingukan mencari sosok Chanyeol, tapi tak jua dilihatnya. “Changmin-ah,” panggil Yunho, “awasi yang lain. Aku ada urusan.”

Yunho berlari ke arah kastil, mencari Chanyeol. Dia khawatir Chanyeol akan melakukan tindakan bodoh kalau dibiarkan sendirian. Yunho menyusuri lorong, mengecek setiap ruangan dengan harapan Chanyeol ada didalam salah satu ruangan.

Yunho berlari hingga ujung lorong, berhenti sejenak. Yunho menoleh ke kiri, bernapas lega mendapati Chanyeol berdiri di depan sebuah lukisan unicorn berukuran karpet di ujung lorong sebelah kiri, diam seperti patung.

“Chanyeol-ah,” panggil Yunho sambil melangkah mendekat, “apa kau sedang kurang enak badan? Kalau kau membutuhkan sesuatu, kau bisa….”

“Kenapa kau tidak memberitahuku?”
_______________________________________________
Oke, ini adalah Chapter dua dari Priest.... ini juga file lama, baru aku post setelah aku yakin bakal post yang ini.... semoga kalian semua suka.... jangan lupa untuk komentar.... share boleh, tapi take out with full credits... jangan diplagiat ya.... gomawo....

Priest Ch. 1

Title : Priest
Author : Just Hagi
Cast :
EXO
TVXQ (include JYJ)
Super Junior Yesung
Super Junior Donghae
Super Junior Kyuhyun
Super Junior Leeteuk (cameo)
SNSD Taeyeon (cameo)
__________________________________________________________________________

Chapter 1
Kali ini tidak akan kulepaskan kau...
Tidak akan kubiarkan kau menginjakkan kakimu di bumi lagi....
____ 
Eomma membuka pintu kecil di bawah tangga, mendorong Chanyeol ke dalamnya. “Tunggu Eomma disini, nak,” kata Eomma sambil berusaha mengatur napas, “Jangan keluar sampai Eomma memanggilmu.”
“Eomma mau kemana?” tanya Chanyeol.

Eomma menatap putra kecilnya dengan tatapan panik. “Menemani appamu,” jawab Eomma, berusaha keras tersenyum, “Chanyeol, dengarkan pesan Eomma baik-baik.”

Chanyeol menatap Eomma, mendengarkan dengan baik. “Apapun yang terjadi,” Eomma berpesan, “ tidak peduli seberapa besar ketakutan melandamu, jangan pernah berteriak. Kau dengar, Park Chanyeol?”
Chanyeol mengangguk. “Eomma, cepatlah kembali.,” pinta Chanyeol. Eomma tersenyum miris, membelai pelan pipi Chanyeol, lalu menutup pintu bawah tangga.

Chanyeol memeluk kakinya, meringkuk dan bersandar di dinding lemari bawah tangga yang dingin itu. Sesaat kemudian, terdnegar suara jeritan dan bunyi pedang saling beradu. Kadang-kadang suara letusan pistol juga terdengar merentet. Chanyeol memeluk kakinya semakin rapat, berusaha menghilangkan ketakutannya dan tidak berteriak sesuai pesan Eomma.

“Aaaa!!”

Chanyeol terlonjak kaget mendengar eommanya menjerit keras. Ingin sekali dia berlari keluar, tapi Eomma berpesan utnuk tidak keluar sebelum Eomma memanggilnya. Perlahan airmata membasahi pipi halus Chanyeol, ketakutan luar biasa menghantuinya.

Sementi kemudian, kericuhan perlahan mereda. Chanyeol masih gemetar, bahkan setelah suasana sunyi dia masih ketakutan. Chanyeol menunggu Eomma memanggilnya.

Sayup-sayup telinga Chanyeol menangkap suara-suara. Bukan suara keributan seperti tadi, melainkan suara orang-orang yang sedang berbincang.

Perlahan pintu lemari terbuka. Chanyeol terlonjak, mundur merapat ke dinding melihat seorang pria berdiri di depannya. Pria itu bertubuh jangkung, dengan pakaian berwarna coklat tanah membungkus tubuhnya. Pria itu menatap Chanyeol sejenak, lalu membuang muka seraya berteriak, “Dia ada disini!”

Chanyeol semakin ketakutan. Dia berpikir, jangan-jangan pria ini akan membunuhnya. Seorang pria muncul, tubuhnya sama tinggi dengan pria pertama, hanya saja wajahnya lebih ramah dan hangat. Dia tersenyum, mengulurkan tangannya. “Jangan takut,” katanya ramah, “kami tidak akan melukaimu. Ayo keluar.”

“Eomma berpesan agar aku tidak keluar sampai dia memanggilku,” jawab Chanyeol.
_
Dua pria itu saling menatap, lalu beralih menatap Chanyeol dengan ekspresi yang sulit diartikan bocah berusia delapan tahun itu. “Kami diberi perintah oleh eommamu untuk membawamu ke tempat kami,” kata pria tadi sambil berjongkok di depan Chanyeol, “memindahkanmu ke tempat yang lebih aman. Kajja, kita cepat pergi.”

Chanyeol perlahan keluar dari lemari tangga. “Dimana Eomma dan Appa?” tanyanya. Pria itu tidak menjawab, menggandeng tangan Chanyeol, membawanya keluar dari rumahnya yang sudah berantakan. Chanyeol melangkah mengikuti pria itu, langkahnya mendadak berhenti saat melihat tumpukan abu di depan rumah. Mata Chanyeol terbelalak lebar saat melihat sepotong kain yang hampir hangus terbakar di antara tumpukan abu itu.

“Eommaaaaaaaaaaaaa!!” Chanyeol menjerit, seketika berlari kearah tumpukan abu itu. Pria tadi dengan cepat menahan tubuh mungil Chanyeol yang menjerit histeris. “Eommaaaa!! Appaaa!!” Chanyeol terus menjerit, airmatanya tidak terbendung lagi. Dia meronta, berusaha keras melepaskan diri dari pria itu sambil terus menjerit memanggil orangtuanya.

“Changmin-ah! Bantu aku!” teriak pria itu sambil memegangi Chanyeol yang masih saja meronta. Changmin berlari, menahan Chanyeol. “Kita harus cepat-cepat membawanya pulang, Yunho hyung,” kata Changmin, “ayo. Kita tidak punya banyak waktu lagi.”

Yunho mengangguk, menyeret Chanyeol yang terus menjerit histeris. Dia dan Changmin memasukkan Chanyeol ke mobil, duduk di belakang kemudi dan meningglkan rumah Chanyeol yang tertutup asap hitam pekat.
___
Chanyeol berjalan pelan masuk ruang tengah. Dia berdiri, menatap foto orangtuanya yang tersenyum bahagia sambil menggendong dirinya yang masih balita saat itu. Bolamatanya bergerak-gerak menahan airmata yang menggenang di pelupuk mata. “Kenapa kalian harus pergi dengan cara seperti itu?” gumam Chanyeol pelan, suaranya sedikit serak, “dan kenapa kalian yang harus mati?”

“Chanyeol-ah.”

Chanyeol menoleh. “Kris Ge,” ucapnya sambil mengusap airmata yang hampir keluar. Kris berjalan mendekati Chanyeol seraya berkata, “Sudah waktunya latihan. Ayo, kita sudah ditunggu di lapangan.”

“Sebenarnya untuk apa kita semua dilatih seperti ini?” tanya Chanyeol.

“Untuk mengalahkan musuh terbesar kaum Priest sejak ribuan tahun lalu,” jawab Kris, “vampire.”
Chanyeol terdiam. “Bisakah aku menggunakan kemampuanku untuk membalas dendam atas kematian orangtuaku?” tanyanya pelan.

Kris menoleh, menatap Chanyeol. “Tentu saja,” jawabnya, “kau memang dilatih untuk itu. Memangnya senior tidak pernah memberitahumu kalau vampire yang menghabisi orangtuamu?”

____________________________________________

A Marriage

Inspired by : Please Don’t MV by K.Will

Cast : Wu Yifan (EXO), Park Chanyeol (EXO), Hana (OC), Yixing (EXO, Cameo)

____

Hai semua, ini adalah fanfiction pertamaku. Aku harap kalian bisa menikmati karyaku yang mungkin ada beberapa kesamaan dengan cerita lain. Dan satu lagi, mungkin ini terlalu drama dan alurnya mudah ditebak. Tapi ini murni hasil karyaku sendiri. Selamat menikmati… :)

____

Yifan memacu mobilnya dengan kencang seakan tidak ingin melewatkan sesuatu. Dia menyalip beberapa mobil, mengabaikan bunyi klakson yang memprotes tindakannya itu. Berkali-kali Yifan menengok arloji di tangannya, berdecak gelisah. Dia semakin memacu mobilnya menerobos lampu merah. Hampir saja dia menabrak sebuah motor, kalau saja pemuda jangkung itu tidak langsung membanting setir menghindari motor itu.

__

Yifan berlari masuk sebuah kamar, napasnya terengah-engah. “Kemana saja kau?” tanya Yixing sambil mlempar sebuah jas hitam ke muka Yifan, “pernikahan akan dimulai satu jam lagi dan kau masih belum siap. Cepat pakai jasmu.” “Aku terlambat bangun,” jawab Yifan membela diri, “padahal aku sudah memasang alarm di ponselku.”

Yixing memutar bolamatanya malas, menyahut, “Aku tidak heran dengan kebiasaanmu yang tukang tidur itu. Sudahlah, pakai saja jasmu dan cepat bersiap. Jangan sampai pestanya berantakan gara-gara kau.” “Siap, bos,” goda Yifan sambil terkekeh pelan. Dia bergegas berganti pakaian, mengenakan jas sambil bercermin.

Yifan menghela napas, tersenyum kecil menatap pantulan dirinya di cermin. senyumnya semakin cerah saat membayangkan Hana, gadis yang paling dicintainya. Dia membayangkan betapa cantiknya Hana memakai gaun pernikahan berwarna putih yang mereka pilih beberapa minggu lalu, dengan senyum manis terukir di wajahnya. Yifan duduk sejenak, pikirannya terbawa pada saat-saat dia dan Hana sibuk mempersiapkan pernikahan, mulai dari undangan hingga dekorasi. Yifan yang santai sampai ikut-ikutan panik ketika Hana panik menentukan dekorasi seperti apa yang pas untuk pernikahan sekarang.

Yifan tertawa kecil. Dia mengancingkan lengan kemejanya, kembali berkaca sambil menyisir rambutnya yang agak berantakan. Perlahan dia menghela napas, entah kenapa mendadak kegugupan menyeruak masuk ke benaknya. “Jangan gugup, Yifan,” gumamnya menyemangati diri sendiri, “jangan gugup.” Yifan menghembuskan napas beberapa kali untuk menghilangkan kegugupannya, merapikan pakaiannya kembali meskipun sebenarnya tidak perlu.

cklek.

Yifan menatap seseorang yang masuk melalui cermin, senyum kembali mengembang. Chanyeol, sahabat baik yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri berjalan masuk sambil menyunggingkan senyum cerianya. “Kau tampan sekali,” pujinya sembari mendekat dan merangkul Yifan, “tapi aku masih jauh lebih tampan.” Mereka berdua tertawa, tangan Yifan menepuk pelan bahu Chanyeol. “Kau masih saja seperti dulu,” kata Yifan, “Happy Virus dengan kepercayaan diri yang melampaui batas normal.” Chanyeol terkekeh mendengar ucapan Yifan.
Mereka berdua terdiam, menatap bayangan masing-masing di cermin. “Tak kusangka hari ini akan datang, ” kata Yifan, “seingatku baru kemarin kita lulus SMA.” “Dan sekarang satu dari kita akan melepas masa lajangnya,” sahut Chanyeol. Dia menoleh, menatap Yifan.
“Hyung.”
“Apa?”
“Kita masih bisa bersenang-senang kan setelah ini?”
Yifan menatap Chanyeol, yang tidak lagi menampakkan wajah konyolnya. Yah, walaupun tetap saja terlihat konyol. “Tentu saja,” sahut Yifan, “memangnya kau pikir kita akan terpisah jauh hm?”
Mendengar itu, Chanyeol kembali tersenyum. Dia merangkul erat Yifan, perasaan bahagia meluap di hatinya.
“Yak. Sedang apa kalian?”
Yifan dan Chanyeol menoleh, menyeringai salah tingkah saat Yixing berdiri di depan pintu sambil memasang wajah kesal. “Mau sampai kapan kalian disana?” tanyanya, “apa kalian baru akan muncul setelah pesta berakhir hm?” Yixing langsung keluar tanpa menungu jawaban dari dua tiang listrik itu, mengomel tidak jelas. “Sebaiknya kita cepat pergi,” kata Chanyeol, “nenek sihir itu bisa melahap kita hidup-hidup nanti.”
__
Yifan dan Chanyeol berdiri berdampingan, menunggu pengantin wanita keluar. “Jangan gugup,” dua kalimat itu yang sedari tadi dilontarkan Yifan untuk menyemangati diri sendiri. dia juga menghela napas berkali-kali. Baginya hari ini jauh lebih membuatnya gugup daripada saat menghadapi dosen menjelang kelulusan.
“Mempelai wanita memasuki ruangan.”
Semua mata tertuju kepada seorang gadis yang berjalan bersama seorang pria dewasa memasuki altar. Yifan tebelalak, dia bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi saat menatap gadis itu. Hana, si gadis yang tengah berjalan itu menyunggingkan senyum manisnya, sama sekali tidak terlihat gugup. Dia berjalan sangat pelan, semakin dekat ke altar melewati Yifan.
Dia melewati Yifan.
Yifan menoleh, senyumnya perlahan pudar. Rasa sakit mendadak menyerang hatinya saat dia tersadar bahwa itu bukan pernikahannya.
Itu pernikahan Hana dengan Chanyeol.
Telinganya terasa sangat sakit saat mendengar Hana dan Chanyeol mengucapkan sumpah pernikahan. Lututnya melemas saat Hana dan Chanyeol saling memasangkan cincin sebagai bukti bahwa mereka resmi menikah. Mata Yifan memanas, hatinya seakan dirajam melihat Hana yang begitu dicintainya berciuman dengan Chanyeol, sahabat karibnya.
Yifan menghela napas, menahan airmatanya sambil menenangkan hatinya yang berontak menerima kenyataan bahwa Hana bukan miliknya. Hana tidak ditakdirkan untuknya. Dia tersenyum kepada Chanyeol, merangkul dua orang itu sambil tertawa cerah. Sebisa mungkin Yifan menutupi rasa sakit yang sekarang dirasakannya. Hei, ini hari pernikahan sahabat terbaiknya. Tidak seharusnya Yifan mengacaukan pesta karena dia sakit hati, kan?
__
Yifan menghentikan mobilnya di tepi sungai. Dia menghela napas, menatap selembar foto yang sedari tadi digenggamnya. Matanya kembali memanas saat melihat senyum bahagia Hana dan Chanyeol tadi siang. Tapi kemudian dia tersenyum, bahunya terguncang. Yifan tersenyum sambil membiarkan airmata jatuh di pipinya. Bahkan sampai detik ini dia masih belum bisa menerima kenyataan yang jelas-jelas terpampang di depan hidungnya.
Kenyataan bahwa Hana bukan miliknya.
__
Aku menghadiri sebuah pernikahan.
Pernikahan yang sebenarnya tidak ingin kulihat.
Hei, tapi yang namanya menikah harus bahagia kan??
Jadi…
Biar kusimpan sendiri rasa sakit ini.
Selamat atas pernikahan kalian, Hana, Chanyeol.
Semoga kalian bahagia selamanya.

Salam hangat dari si Tampan, Wu Yifan.
____
Fanfiction ini juga di post di justhagi882.wordpress.com , punyaku juga....
tinggalkan jejak komentar kalian disini.... gomawo....